Konsep Stress
Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat
nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya”
(Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989). Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap
stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari,
2001).
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987). Secara umum,
yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”. “Stres adalah segala
masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu
keseimbangan kita” (Maramis, 1999).
Menurut Vincent
Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud
“Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan tersebut”.
Mekanisme Stress
Gejala-gejala stres pada diri seseorang
seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara
lambat. Dan, baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu
fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun di
pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagaimana berikut :
a. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres
paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
- Semangat bekerja besar, berlebihan
(over acting)
- Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana
biasanya.
- Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya; Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out)
disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
- Merasa senang dengan pekerjaannya itu
dan semakin bertambah semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin
menipis.
b. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang
semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas Mulai
menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi
tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau
memulihkan cadangan energi yang mengalami deficit. Analogi dengan hal ini
adalah misalnya handphone (HP) yang sudah lemah harus kembali diisi ulang
(di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai
berikut :
- Merasa letih
sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
- Merasa mudah
lelah sesudah makan siang.
- Lekas merasa
capai menjelang sore hari.
- Sering
mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
- Detakan
jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
- Otot-otot
punggung dan tengkuk terasa tegang.
- Tidak bisa
santai.
c. Stres tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan
diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana
diuraikan pada stres tahap II tersebut di atas, maka yang bersangkutan akan
menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :
- Gangguan lambung dan usus semakin
nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur
(diare)
- Ketegangan otot semakin terasa
- Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan
emosional semakin meningkat.
- Gangguan pola tidur (insomnia),
misalnya sukar untuk Mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah
malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini
hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
- Koordinasi tubuh terganggu (badan
terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
d. Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu
memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III
di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan
kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka
gejala stres tahap IV akan muncul :
- Untuk
bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
- Aktivitas
pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan
dan terasa lebih sulit.
- Yang semula
tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara
memadai (adequate)
- Ketidakmampuan
untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
- Gangguan
pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan
- Seringkali
menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.
- Daya
konsentrasi dan daya ingat menurun
- Timbul
perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang
itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :
- Kelelahan fisik dan mental yang semakin
mendalam (physical and psychological exhaustion)
- Ketidakmampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
- Gangguan
sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder)
- Timbul
perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan
panik.
f. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks,
seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.
Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-kali dibawa ke
Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena
tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut :
- Debaran
jantung teramat keras
- Susah bernafas
(sesak dan mengap-mengap)
- Sekujur
badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
- Ketiadaan
tenaga untuk hal-hal yang ringan
- Pingsan atau
kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau
gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ
tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang
untuk mengatasinya.
Kategori Stress
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan
Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
- Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
- Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
- Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
- Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,
organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
- Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
- Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
Reaksi-reaksi terhadap Stress
1. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur
2. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap
situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang
meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak
wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh
orang
3. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih.
Strategi Penanganan Stress
Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai
berikut :
1. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, Rasional, dan
adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih Dahulu menyalahkan orang
lain sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
2. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
- Kemampuan menyadari (awareness skills).
- Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
- Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
- Kemampuan untuk bertindak (action skills).
3. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta
lingkungan anda.
4. Kembangkan sikap efisien.
5. Relaksasi
6. Visualisasi (angan-angan terarah)